Saturday, June 14, 2008

Teknologi Pendidikan Islam

Dalam paradigma pembangunan disebutkan bahwa kehidupan masa depan efisiensi dan efektifitas ditentukan oleh penggunaan teknologi. Begitu juga dalam proses pendidikan dan pembelajaran, dan bahkan juga pendidikan keagamaan harus dapat menyerap dan diwarnai oleh kemajuan teknologi. Kehidupan masyarakat, proses pendidikan dan pembelajaran, kehidupan dan pendidikan keagamaan akan menjadi kurang efisien jika tidak mau memanfaatkan teknologi.
Namun demikian, dalam paradigma pemikiran yang manusiawi dan Islami, kita justru harus memiliki kewaspadaan dan kehati-hatian dalam menghadapi kecenderungan yang menghancurkan dari perkembangan teknologi dan pengetahuan bagi pertumbuhan kehidupan yang sehat.
Teknologi dan pengetahuan sebagai produk budaya manusia memang dapat menjadi alat yang efektif untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia. Tetapi teknologi sebagai alat dalam kehidupan yang modern ini semakin berubah posisinya menjadi tujuan dari kehidupan manusia. Manusia berlomba-lomba menciptakan teknologi dan ironinya untuk menggeser posisi dan peranan manusia dan kerapkali untuk menghancurkan manusia dan martabatnya.
Persoalannya adalah apakah tujuan pendidikan yang bersifat menghasilkan kualitas manusia yang memiliki derajat kemanusiaan itu dapat dilakukan oleh teknologi (mesin dan media elektronik.). Diterimanya mesin dan media elektronik yang dipandang dapat menggantikan posisi guru untuk menghasilkan manusia (peserta didik) yang memiliki derajat kemanusiaan yang tinggi, agaknya masih perlu dipertanyakan.


Baca selanjutnya...
Banyak pemikiran sederhana muncul, bahwa jumlah guru dapat dikurangi, peranan guru dapat diganti oleh media pengajaran yang bekerja secara otomatis dan lebih efisien, dan dapat menjangkau siswa lebih banyak yang tidak terbatas dalam satu ruang kelas saja. Dalam konteks ini, kita dapat mempertanyakan apakah tujuan pendidikan untuk menolong siswa yang berbeda-beda karakter, kemampuan dan gayanya dalam meningkatkan kualitas dirinya dapat dicapai dengan menggunakan satu alat media pendidikan yang sama. Dalam pendidikan terdapat diversitas siswa dengan diversitas motivasi, diversitas minat, kebutuhan dan perhatian, dan mesin atau satu media teknologi tidak dapat melayani dan mengembangkan perbedaan-perbedaan di antara murid. Mesin tidak dapat merubah strategi mengajar jika terdapat siswa yang tidak tertarik dengan proses pembelajaran yang dilakukan secara otomatis oleh media pengajaran dengan tanpa guru.
Tulisan ini akan membahas mengenai teknologi pendidikan dalam aplikasinya dalam pendidikan Islam. Namun sebelumnya akan dibahas terlebih dahulu tentang pengertian teknologi. Kemudian dijelaskan mengenai pengertian teknologi pendidikan. Pada bagian selanjutnya akan juga dikemukakan arti pentingnya teknologi pendidikan. Dan pada bagian akhir, akan dijelaskan mengenai kelebihan dan kelemahan pendekatan teknologik dalam pendidikan Islam.

B. Definisi Teknologi
Secara etimologi, istilah “teknologi” dalam bahasa Indonesia diambil dari bahasa Inggris, yaitu “technology”. Menurut leksikon, technology berarti: 1) Scientific study and use of mechanical arts and applied sciences, eg. Engineering, 2) application of this to practical task industry, etc.
Dari definsi leksikon, dapat diambil beberapa pemahaman. Pertama, teknologi adalah scientific study yang berarti kajian, telaah, penelitian yang sistematis, ilmiah. Dengan kata lain, teknologi adalah “ilmu” dalam pengertiannya yang sangat luas. Kedua, teknologi adalah “mechanical art”; alat-alat bermesin. Ketiga, teknologi berarti “applied science”; ilmu-ilmu terapan atau ilmu-ilmu praktis. Keempat, teknologi berarti “application of this to practical task”; aplikasi dari ilmu, dan alat-alat untuk kepentingan atau pekerjaan harian. Dengan demikian, teknologi bukanlah alat-alat bermesin. Lebih dari itu, teknologi adalah ilmu dan bagaimana alat-alat serta ilmu tersebut diaplikasikan.
Pengertian leksikal tersebut tidak jauh berbeda dengan pemaknaan teknologi yang dikemukakan Armahedi Mahzar. Armahedi Mahzar menjelaskan bahwa teknologi itu benda abstrak seperti yang terbayang pada namanya. Seperti logi-logi lainnya ia adalah sejenis ilmu. Tepatnya, teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains untuk memanfaatkan alam bagi kesejahteraan dan kenyamanan manusia.
Senada dengan definisi di atas, Achmad Baiquni menjelaskan bahwa tenologi mempunyai pengertian “himpunan ilmu tentang proses-proses pemanfaatan alam yang diperoleh dari penerapan sains, dalam kerangka kegiatan yang produktif-ekonomis.”
Dengan demikian, teknologi adalah penerapan dari ilmu atau pengetahuan lain yang terorganisir ke dalam tugas-tugas praktis, dan mengisyaratkan hal-hal penting. Pertama, teknologi adalah ilmu tentang cara menerapkan sains. Kedua, teknologi bersumber atau bertalian erat dengan alam semesta. Ketiga, tujuan penciptaan dan penerapan teknologi adalah untuk kenyamanan manusia. Jadi, teknologi tidak dipisahkan dari alam dan dari manusia. Teknologi diciptakan untuk “melayani” dan memudahkan hidup manusia. Karena itu, teknologi tidak pernah netral dan terus berkembang.

C. Pengertian Teknologi Pendidikan
Berbagai pandangan diberikan ahli dalam memahami persoalan pengertian teknologi pendidikan. Di antara pendapat-pendapat tersebut yaitu:
Pertama, teknologi pendidikan diartikan sebagai sekedar hardware yang dapat menunjang kegiatan dalam sistem pembelajaran. Hardware sendiri adalah komponen-komponen media teknologi yang dapat digunakan sebagai sarana yang menunjang kemajuan sebuah sistem pengajaran. Media-media tersebut, dapat berupa televisi, radio, internet, komputer, dan bermacam media lainnya.
Kedua, teknologi diartikan sebagai keseluruhan komponen yang ada dalam sebuah sistem pendidikan, baik peralatan-peralatan media teknologi maupun teknik-teknik pengembangan yang selalu progres menuju sebuah proses pelajaran yang dinamis sesuai dengan tujuan pendidikan yang hendak dicapai.
Sesuai dengan apa yang dinyatakan S. Nasution, teknologi pendidikan adalah perpaduan software dan hardware sistem pendidikan, dengan melihat bahwa mengajar dan belajar adalah masalah yang harus dapat diselesaikan dan dihadapi secara rasional dan alamiah. Sejalan dengan pengertian kedua, teknologi pendidikan melihat bahwa komponen-komponen physically di dalamnya hanyalah sebuah alat peraga yang dapat bermanfaat saat itu dikaitkan dengan sistem pendidikan atau program pendidikan. Atau dengan kata lain, komponen-komponen fisik (hardware) itu baru nampak perannya bila diterapkan sesuai dengan program-program dalam sebuah sistem pendidikan (software). Briggs sendiri menyatakan bahwa media pendidikan adalah alat fisik yang dapat menyajikan pesan-pesan serta merangsang siswa untuk belajar.
Sedangkan AECT (2004) mendefinisikan teknologi pendidikan: “Educational technology is the study and ethical practice of facilitating learning and improving performance by creating, using, and managing appropriate technological processes and resources.” (Teknologi pendidikan adalah studi dan praktek etis dalam upaya memfasilitasi pembelajaran dan meningkatkan kinerja dengan cara menciptakan, menggunakan/memanfaatkan, dan mengelola proses dan sumber-sumber teknologi yang tepat).
Muhaimin bependapat bahwa teknologi pendidikan adalah sama dengan teknologi pembelajaran. Menurutnya teknologi pembelajaran adalah “suatu proses yang kompleks dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan dan organisasi, untuk menganalisis masalah, mencari cara pemecahan, melaksanakan, mengevaluasi, dan mengelola pemecahan masalah-masalah dalam situasi di mana kegiatan belajar itu mempunyai tujuan dan terkontrol.”
Dari pengertian yang diberikan oleh Muhaimin tersebut dapat dipahami bahwa teknologi pendidikan adalah sebagai proses, bukan semata sebagai alat atau media, yang berarti memperkuat konsep yang berasal dari teori komunikasi. Proses tersebut bersifat kompleks dan terpadu, sehingga teknologi pendidikan selalu menggunakan pendekatan sistem, yakni melihat pendidikan sebagai suatu proses kegiatan yang terdiri atas unsur-unsur yang terpadu dan saling berinteraksi secara fungsional. Dalam memecahkan masalah belajar, perhatiannya akan tertuju pada komponen sistem pembelajaran, yang meliputi pesan, orang, bahan, alat, teknik dan lingkungan, yang sengaja dirancang, dipilih dan digunakan secara terpadu.
Dengan demikian, sebagai suatu produk teknologi pendidikan mudah dipahami karena sifatnya lebih konkrit seperti radio, televisi, proyektor, OHP dan sebagainya. sedangkan sebagai sebuah proses teknologi pendidikan bersifat abstrak. Dalam hal ini teknologi pendidikan bisa dipahami sebagai sesuatu proses yang kompleks, dan terpadu yang melibatkan orang, prosedur, ide, peralatan, dan organisasi untuk menganalisis masalah, mencari jalan untuk mengatasi permasalahan, melaksanakan, menilai, dan mengelola pemecahan masalah tersebut yang mencakup semua aspek belajar manusia. Sejalan dengan hal tersebut, maka lahirnya teknologi pendidikan yaitu dari adanya permasalahan dalam pendidikan. Permasalahan pendidikan yang mencuat saat ini, meliputi pemerataan kesempatan memperoleh pendidikan, peningkatan mutu/kualitas, relevansi, dan efisiensi pendidikan. Permasalahan serius yang masih dirasakan oleh pendidikan mulai dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi adalah masalah kualitas, tentu saja ini dapat di pecahkan melalui pendekatan teknologi pendidikan.
Berdasarkan definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa:
1. Teknologi pembelajaran/teknologi pendidikan adalah suatu disiplin/bidang ilmu pengertahuan (field of study)
2. Istilah teknologi pembelajaran dipakai bergantian dengan istilah teknologi pendidikan
3. Tujuan utama teknologi pembelajaran adalah (a) untuk memecahkan masalah belajar atau memfasilitasi pembelajaran; dan (b) untuk meningkatkan kinerja;
4. Dalam mewujudkan tersebut menggunakan pendekatan sistem (pendekatan yag holistik/komprehensif, bukan pendekatan yang bersifat parsial);
5. Kawasan teknologi pembelajaran dapat meliputi kegiatan yang berkaitan dengan analisis, desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, implementasi dan evaluasi baik proses-proses maupun sumber-sumber belajar.
6. Teknologi pembelajaran tidak hanya bergerak di persekolahan tapi juga dalam semua aktifitas manusia (seperti perusahaan, keluarga, organisasi masyarakat, dan lain-lain) sejauh berkaitan dengan upaya memecahkan masalah belajar dan peningkatan kinerja.
7. Yang dimaksud dengan teknologi disini adalah teknologi dalam arti yang luas, bukan hanya teknologi fisik (hardtech), tapi juga teknologi lunak (softtech)

D. Arti Penting Teknologi Pendidikan dalam Sistem Pembelajaran
Sejak manusia mengenal sistem pendidikan, teknologi pendidikan telah menjadi fondasi bagi jalannya sistem pendidikan yang ada, dan itu telah ada beberapa abad sebelum adanya sebuah sistem yang sistematis seperti halnya yang ada dalam madrasah-madrasah yang ada di dunia Islam, seperti di Madrasah Nizamiyahdi Baghdad pada abad pertengahan saat Islam mengalami masa keemasan. Pada masa Aristoteles misalnya, melalui Lyceum-nya atau Akademia, teknologi pendidikan meski dalam bentuk yang sederhana telah mulai menjadi bagian integral dari sistem pembelajaran yang ada. Kemudian, era Skolastik di Barat yang terkenal dengan sekolah-sekolah bagi biarawan dan biarawatinya juga tidak lepas dengan teknologi pendidikannya. Sedangkan di Madrasah Nizamiyah sendiri, sistematisasi metode pengajaran nampak dengan adanya pembagaian ilmu-ilmu fikih yang diajarkan dengan mengajarkan ajaran empat madzab fikih, ditunjang dengan berbagai keilmuan lainnya dengan didukung misalnya perpustakaan yang memadai, laboratorium kimia maupun laboratorium langit, serta asrama bagi para siswanya. Semua elemen itu tersususun sebagai sebuah teknologi pendidikan yang berhasil membawa Islam menuju puncak keemasan.
Teknologi pendidikan jelas memiliki arti yang begitu penting, apalagi untuk manusia modern dan manusia posmodern saat ini. Dengan masalah hidup yang semakin kompleks dan berbagai tantangan hidup yang begitu banyak, dunia pendidikan sebagai salah satu tempat yang paling efektif membentuk pribadi dan kematangan manusia tentu semakin memerlukan sebuah metode atau tehnik yang compatible dengan zamannya. Teknologi pendidikan secara keseluruhan dalam sistem pendidikan adalah miniatur cara memandang dan menyikapi manusia untuk dapat terjun hidup sebagai anggota masyarakat. Melalui ini dalam sistem pendidikan manusia ditempa untuk menjadi manusia yang juga dapat menyesuaikan diri dengan baik dalam lingkungannya.
Kemudian secara khusus pun media pendidikan juga memiliki arti penting sama halnya teknologi pendidikan secara umum. Di era Abasiyyah di Madrasah Nizamiyah misalnya, kita dapat melihat bagaimana perpustakaan sebagai media pendidikan memiliki peran penting dalam progresifitas pendidikan pada masa itu. Tidak dipungkiri bahwa bahan bacaan adalah faktor yang menjadikan siswa menemukan khazanah keilmuan yang dapat mengisi khazanah pengetahuan dalam diri mereka selain dari apa yang disampaikan gurunya. Kalau di zaman sekarang, peran penting media pendidikan dengan menggunakan media teknologi seperti komputer, rekaman audio, atau juga film tentu amat sangat memiliki arti penting. Apalagi jika sistem pendidikan yang bersangkutan memiliki orientasi pada siswa untuk dicetak sebagai tenaga kerja, akan lebih lagi nilai penting media semacam itu dalam penemuan khazanah pengetahuan yang ingin didapat peserta didik. Meski demikian tetap saja harus ada penyesuaian di sana-sini agar media pendidikan yang digunakan tepat guna. Dan di sinilah software teknologi pendidikan diperlukan, bagaimana mengupayakan agar media pendidikan dengan menggunakan media teknologi bisa dimanfaatkan semaksimal mungkin.
Kita dapat melihat mekanisme teknologi pendidikan dengan menggunakan sampel pola hubungan media pendidikan yang menggunakan gambar dengan software dalam teknologi pendidikan. Gambar atau foto adalah salah satu media teknologi yang cukup bagus digunakan sebagai media dalam praktek pendidikan. Hal itu karena gambar atau foto memiliki kelebihan seperti sifatnya konkrit, Gambar dapat mengatasi batas ruang dan waktu, dapat memperjelas satu masalah, dan mudah didapatkan.
Namun sayangnya gambar juga memiliki kelemahan, di antaranya gambar hanya menekankan persepsi indera penglihatan, gambar yang terlalu komplek tidak efektif ketika digunakan dalam sistem pembelajaran, ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar. Untuk itu maka harus ada filterisasi di situ, dan tentu mekanisme software teknologi pendidikan diperlukan untuk mengoptimalkan guna gambar atau foto yang digunakan. Software menyaring gambar atau foto yang akan digunakan. Dengan menetapkan syarat-syarat berikut misalnya, software dalam teknologi pendidikan berperan; dengan mengklasifikasikan bahwa gambar yang dapat digunakan sebagai media pendidikan adalah yang autentik. Gambar yang menceritakan apa adanya satu peristiwa.
Kemudian juga, gambar itu harus sederhana, apalagi jika siswa yang diajar masih dalam tingkatan bawah seperti siswa Sekolah Dasar (SD) atau Taman kanak-kanak. Dengan komposisi sederhana yang cukup jelas menampilkan poin-poin yang ingin diajarkan. Demikianlah sedikit pembahasan yang menggambarkan nilai penting media pendidikan dalam teknologi pendidikan.

E. Prinsip-prinsip Pengembangan Program Pembelajaran dengan Pendekatan Teknologik
Terdapat tiga prinsip dasar dalam teknologi pendidikan sebagai acuan dalam pengembangan dan pemanfaatannya, yaitu : pendekatan sistem, berorientasi pada siswa, dan pemanfaatan sumber belajar.
Prinsip pendekatan sistem berarti bahwa penyelenggaraan pendidikan dan pembelajaran perlu didisain/perancangan dengan menggunakan pendekatan sistem. Dalam merancang pembelajaran diperlukan langkah-langkah prosedural meliputi: identifikasi masalah, analisis keadaan, identifikasi tujuan, pengelolaan pembelajaran, penetapan metode, penetapan media evaluasi pembelajaran.
Prinsip berorientasi pada siswa berarti bahwa dalam pembelajaran hendaknya memusatkan perhatiannya pada peserta didik dengan memperhatikan karakteristik, minat, potensi dari siswa.
Sedangkan prinsip pemanfaatan sumber belajar berarti dalam pembelajaran siswa hendaknya dapat memanfaatkan sumber belajar untuk mengakses pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkannya. Satu hal lagi bahwa teknologi pendidikan adalah satu bidang yang menekankan pada aspek belajar siswa. Keberhasilan pembelajaran yang dilakukan dalam satu kegiatan pendidikan adalah bagaimana siswa dapat belajar, dengan cara mengidentifikasi, mengembangkan, mengorganisasi, serta menggunakan segala macam sumber belajar. Dengan demikian upaya pemecahan masalah dalam pendekatan teknologi pendidikan adalah dengan mendayagunakan sumber belajar. Hal ini sesuai dengan ditandai dengan pengubahan istilah dari teknologi pendidikan menjadi teknologi pembelajaran.
Di samping itu, prinsip teknologi pendidikan juga berorientasi pada asas kemanfaatan, efektif dan efisien. Melalui prinsip-prinsip ini akan lahir pola dan bentuk kerja yang efektif dan efisien, sehingga pendekatan teknologi pendidikan menginginkan pencapaian tujuan secara sempurna, penuh dan tuntas.
Noeng Muhadjir menyebutkan bahwa, teknik pengembangan program yang digunakan para ahli sekarang, yang terbanyak adalah kemanfaatan dalam makna untuk sukses menjalankan tugas kerja tertentu. Dengan kata lain, pendekatan teknologi pendidikan ini berorientasi pada sukses menjalankan tugas, seperti guru mempunyai tugas kerja yang dapat diperinci secara spesifik. Demikian pula halnya dengan dokter, perawat dan sebagainya.
Pendekatan teknologik dalam dunia pendidikan yang tertuju dan terarah pada asas kemanfaatan tentu bersentuhan dengan program kependidikan yang mengarah pada pemilihan kompetensi untuk menjalankan tugas spesifik tertentu, seperti guru, dokter dan lain-lain.
Menganalisis asas dan prinsip teknologi pendidikan itu sendiri, terlihat pengembangan program pendidikan melalui pendekatan teknologik bertujuan bagaimana agar produk yang dihasilkan itu benar-benar mampu melakukan tugas-tugas spesifiknya secara sempurna. Pendek kata, tujuannya berkaitan erat dengan pengoptimalisasian proses belajar mengajar.
Kemudian terdapat empat fase, menurut Derk Rowntree, dalam mengembangkan program pendidikan melalui pendekatan teknologik, yaitu:
1. Mengindentifikasi tujuan. Ini meliputi analisis tujuan, mengetahui gambaran subjek didik, kompetensi yang dimilikinya dan kriteria tes.
2. Menentukan pola pengalaman belajar. Mencakup analisis tujuan yang hendak dicapai, mengidentifikasi sekuensi belajar, menetapkan strategi mengajar, menyeleksi media dan materi serta mempersiapkan pengalaman belajar.
3. Evaluasi mencakup melakukan try out dan menganalisis kegiatan pada fase kedua di atas dan memonitor hasil yang telah dicapai.
4. Perbaikan dan peningkatan. Mencakup review dan revisi terhadap hasil yang telah dicapai pada fase evaluasi.
Semua fase di atas bergerak dalam satu lingkaran. Antara satu fase dengan fase berikutnya selalu berputar menurut arah yang berkesinambungan. Khusus fase keempat dapat memberikan masukan terutama pada fase kedua di samping fase pertama dan ketiga.
Prinsip-prinsip umum yang melandasi penyusunan program pendidikan melalui pendekatan teknologik, adalah bahwa belajar mesti sesuai dengan kebutuhan tugas, materi atau bahan yang dipelajari mestilah disesuaikan dengan tugasnya, menggunakan tata atau metode belajar yang mendukung tercapainya kemampuan untuk melaksanakan tugas tersebut.
Prinsip di atas dijabarkan oleh Noeng Muhadjir yang mengawali dengan menjelaskan dan mempertegas tugas-tugas yang akan disandang setelah tamat nantinya. Tugasnya mungkin nanti guru, dokter, perawat dan sebagainya. Untuk kepentingan ini perlu dirumuskan kemampuan yang dituntut dapat melaksanakan tugas itu dengan cara yang baik dan sempurna, kemudian diciptakan pula kemampuan minimal dan kriteria sempurnanya.
Selanjutnya pada prinsip kedua, materi atau bahan pelajaran dapat diambil dari berbagai macam disiplin ilmu, menghimpunnya menjadi satu nama mata pelajaran. Nama mata pelajaran dipakai untuk mendeskripsikan satuan mata pelajaran dan hasil pengklasteran materi atau bahan yang relevan serta mendukung tugas tersebut.
Pada prinsip kedua itu perlu pula mempertimbangkan keterbatasan pendekatan teknologik dalam menyusun programnya seperti nurturance effect, kemampuan eksplorasi, kemampuan konsekuensi, kemampuan efek yang tidak terprogram dan banyak lagi yang lainnya. Kesemuanya ini tidak dapat dengan hanya mengandalkan pendekatan teknologi pendidikan dalam menyusun programnya, akan tetapi perlu pendekatan lain yang lebih tepat. Begitu pula dengan prinsip ketiga, memilih metode belajar yang mendukung tercapainya kemampuan untuk melaksanakan tugas. Dalam hal ini tidak cukup hanya dengan memberikan teori semata, tetapi mesti diberikan pula latihan yang sesuai dengan tugas yang akan diembannya kelak. Umpamanya guru mesti dilatih praktek mengajar, dokter mesti dilatih mendiangnosis pasiennya, tukang las dilatih untuk mengelas dan seterusnya.
Memperjelas tugas yang akan disandang subjek didik nantinya setelah menamatkan pendidikan seperti diuraikan di atas, memang merupakan suatu yang sangat penting. Hal ini mengingat seluruh kegiatan belajar ditujukan kepada tugas yang telah ditentukan sebagai tujuan akhir, di samping itu dapat pula mempermudah pemilihan materi dan cara yang relevan untuk tercapainya tugas yang telah ditetapkan.
Untuk latihan yang dibutuhkan sesuai dengan tugas yang akan diemban subjek didik setelah ia tamat sebagaimana yang disebutkan di atas, maka terapannya perlu mempertimbangkan metode behavior modeling dalam kegiatan belajar. Dalam behavior modeling ini, kecakapan melakukan tugas tertentu terlebih dahulu ditampilkan secara sempurna yang kemudian diikuti dengan praktik aktif yang diiringi pula dengan koreksi sebagai feed back untuk penyempurnaannya. Tujuan akhir behavior modeling ini adalah untuk menentukan tingkah laku yang sama dengan tingkah laku yang dituntut seseorang.
Behavior modeling akan sangat membantu metode latihan. Hal ini disebabkan pada behavior modeling, kemampuan yang dikuasai subjek didik terlebih dahulu ditampilkan sebelum ia benar-benar tampil dalam praktek. Hal ini diikuti pula dengan koreksi, bila terjadi kesalahan.

F. Teknik dan Prosedur Kerja Pengembangan Program Pembelajaran dengan Pendekatan Teknologik
Teknik dan prosedur kerja pengembangan program melalui pendekatan teknologik sebagai berikut:
1. Menspesifikasikan dengan jelas dan tegas bentuk tugas yang akan diemban subjek didik setelah menamatkan suatu program pendidikan
2. Merinci kemampuan yang akan dimiliki subjek didik untuk dapat melaksanakan tugas yang telah dispesifikasikan di atas
3. Memilih materi dan media yang mendukung tercapainya tugas yang telah ditentukan tersebut. Pelajari kembali materi dan media yang telah dipakai, apakah benar-benar relevan dengan tugas yang dituntut
4. Memilih metode belajar yang memungkinkan tercapainya tujuan, apakah metode latihan mampu menjadikan subjek didik telah cukup mampu, apakah behavior modeling perlu diberikan serempak, atau terpisah, apakah pendekatan pengajaran yang dipakai relevan dengan kemampuan yang dituntut sebagaimana yang telah ditentukan.
5. Pilih bentuk evaluasi yang benar-benar dapat mengetahui dengan tepat kemampuan subjek didik menguasai kompetensi tertentu. Pelajari kembali item-item tes dalam evaluasi yang dipakai apakah telah sesuai dengan kompetensi yang ingin dicapai.
6. Tinjau kembali hasil kemampuan (kompetensi subjek didik) yang telah dimilikinya apakah telah menunjukkan hasil sempurna atau hasil minimal.
Semua hasil yang diperoleh dalam kegiatan ini ditujukan untuk merevisi dan mereview kegiatan sebelumnya, terutama kegiatan pada fase kedua, tidak tertutup pula untuk kegiatan fase pertama dan ketiga. Kegiatan ini dilakukan pada fase keempat.
Di samping pembenahan program pendidikan melalui pendekatan teknologik seperti diuraikan di atas, maka perlu pula pembenahan dan penataaan program pendidikan melalui pendekatan lain.
Pendekatan teknologik hanya dapat diperuntukkan bagi tugas yang spesifik dan elementer, seperti mengajar, komputer, merakit radio dan lain sebagainya yang secara mutlak memerlukan latihan-latihan.

G. Teknologi Pendidikan Agama Islam: Kelebihan dan Kurangan Pendekatan Teknologik
Sebagaimana diketahui bahwa porsi mata pelajaran pendidikan agama di sekolah umum dan madrasah semakin dirampingkan. Untuk sekolah umum adalah sekitar 2-3 jam, sedangkan untuk madrasah adalah sekitar 5-6 jam pelajaran efektif perminggu. Dengan adanya perampingan tersebut, maka guru pendidikan agama Islam (GPAI) diharapkan untuk dapat memanfaatkan waktu seefektif dan seefisien mungkin dalam mengejar hasil kualitas hasil pembelajaran pendidikan agama Islam bagi peserta didiknya. Dan untuk mencapainya antara lain dengan jalan memanfaatkan teknologi pendidikan (pembelajaran) atau melakukan pendekatan teknologik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam.
Setidaknya ada tiga konsekuensi psikologis pendidikannya apabila pendekatan teknologik ini digunakan dalam mengembangkan program pendidikan agama Islam, yaitu: perlu menggunakan pendekatan yang berbasis kompetensi, konsep belajar tuntas dan menggunakan acuan patokan untuk evaluasi hasil belajarnya.
Kompetensi dapat diartikan sebagai seperangkat tindakan inteligen, penuh tanggung jawab yang mesti dimiliki seseorang sebagai syarat untuk dianggap mampu melaksanakan tugas dalam bidang tertentu.
Berbeda dengan pengembangan mata pelajaran berdasarkan akademik, pengembangan teknologik ini terlebih dahulu hendaklah dengan menetapkan kompetensi apa saja yang harus dimiliki tamatan suatu lembaga, kemudian harus dicarikan atau dipilih materi-materi dan media yang sesuai atau mendukung tercapainya kompetensi yang diinginkan.
Dengan demikian, pembelajaran itu dikatakan menggunakan pendekatan teknologik, bilamana ia menggunakan pendekatan sistem dalam menganalisis masalah belajar, merencanakan, mengelola, melaksanakan, dan menilainya. Di samping itu pendekatan teknologik ingin mengejar kemanfaatan tertentu, dan menuntut peserta didik agar mampu melaksanakan tugas-tugas tertentu, sehingga rencana produknya (hasilnya) diprogram sedemikian rupa, agar pencapaian hasil pembelajarannya (tujuan) dapat dievaluasi dan diukur dengan jelas dan terkontrol. Dari rancangan proses pembelajaran sampai mencapai hasil tersebut diharapkan dapat dilaksanakan secara efektif, efisien dan memiliki daya tarik.
Produk pendidikan dengan menggunakan pendekatan teknologik ini adalah agar semua subjek didik mempunyai kemampuan yang sempurna untuk menjalankan tugas yang akan diembannya setelah menamatkan suatu program. Konsekuensinya tidak semua materi disajikan pada peserta didik sebagi bekal untuk mentransfer ke berbagai situasi dan kondisi.
Pendekatan teknologik ini sudah barang tentu mempunyai keterbatasan-keterbatasan, antara lain: ia terbatas pada hal-hal yang bisa dirancang sebelumnya, baik yang menyangkut proses pembelajaran maupun produknya. Karena adanya keterbatasan tersebut, maka dalam pembelajaran pendidikan agama Islam tidak selamanya dapat menggunakan pendekatan teknologik.
Kalau kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam hanya sampai pada penguasaan materi dan keterampilan menjalankan ajaran agama, mungkin bisa menggunakan pendekatan teknologik, sebab proses dan produknya bisa dirancang sebelumnya. Tetapi kalau pembelajaran pendidikan agama Islam harus sampai pada taraf kesadaran iman dan pengamalan ajaran agama Islam dalam kehidupan sehari-hari, maka pendekatan teknologik akan sulit diterapkan, karena prosesnya bisa dirancang, tetapi produk (hasil) pembelajarannya tidak bisa dirancang dan sulit diukur.
Karena itu tidak semua pesan-pesan pembelajaran pendidikan agama Islam dapat didekati secara teknologik. Sebagai contoh: bagaimana membentuk kesadaran keimanan peserta didik terhadap Allah Swt., malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan qadha-qadar. Masalah kesadaran keimanan banyak mengandung masalah yang abstrak, yang tidak hanya dilihat dari perilaku riil atau konkritnya. Sebab kadang-kadang yang konkrit justru bersifat semu atau tipuan belaka. Demikan pula bagaimana membentuk kesadaran peserta didik dalam mengamalkan syariat Islam dan berakhlak Islam dalam kehidupan sehari-hari. Mungkin prosesnya bisa dirancang, tetapi produknya kadang-kadang tidak bisa diketahui, karena kadangkala peserta didik ketika di madrasah menampakkan sikap taat dan patuh, sementara ketika berada di rumah atau di masyarakatnya terjadi sebaliknya.
Disamping itu efisiensi, efektivitas dan memiliki daya tarik (sebagai ciri khas pendekatan teknologik) kadangkala juga sulit untuk dicapai dan dipantau oleh guru, karena pembentukan keimanan, kesadaran pengamalan ajaran Islam dan berakhlak Islam, sebagaimana tercantum dalam tujuan pembelajaran pendidikan agama Islam, memerlukan proses yang relatif sama, yang sulit dipantau hasil belajarnya dengan hanya mengandalkan pada kegiatan belajar mengajar di kelas dengan pendekatan teknologik. Karena itu perlu menggunakan pendekatan lain yang bersifat non-teknologik. Mata pelajaran fiqh misalnya adalah mata pelajaran yang strategi pembelajarannya dapat menggunakan pendekatan non-teknologik. Sedangkan mata pelajaran akidah akhlak adalah mata pelajaran yang menggunakan strategi pembelajaran non-teknologik.

H. Aplikasi Bentuk Teknologi Pendidikan pada SMA/MA: Kelemahan dan Kekurangannya
Lalu seperti apa bentuk-bentuk teknologi pendidikan Islam? Bentuk-bentuk teknologi pendidikan secara umum akan optimal bila menggunakan seluruh aspek berpikir manusia. Manusia berpikir bila dia: (1) menerima informasi dunia realitas dari pancainderanya; (2) memasukkan informasi ke dalam otaknya; (3) mengolah/menghubungkan informasi itu dengan informasi yang tersimpan sebelumnya.
Karena itu teknologi pendidikan yang baik akan menggunakan (1) sebanyak mungkin jalur indera, setidaknya tekstual, visual, dan akustikal, namun tentunya lebih optimal lagi kalau juga indera penciuman, perasaan maupun perabaan; (2) sebanyak mungkin bagian otak, baik otak kiri yang bersifat analitis rasional, otak kanan yang bersifat intuitif-kreatif-emosional maupun bagian otak yang disebut God-Spot yang bertanggung-jawab atas perasaan spiritual; (3) membantu menghubungkan dengan informasi yang tersimpan sebelumnya atau yang pernah dialami atau dipelajari siswa.
Berikut ini adalah tiga contoh gagasan teknologi pendidikan pada Madrasah Aliyah (MA)/Sekolah Menengah Atas (SMA) berbasis komputer guna mengajarkan suatu topik dalam Fisika, Biologi, dan Ekonomi.
1. Untuk mengajar fisika-mekanika, ditunjukkan film audio-visual berbagai peristiwa alam (air terjun, jatuhnya batu, pergerakan benda langit). Di akhir film disampaikan ayat Qur’an atau Hadits tentang alam semesta untuk menghubungkan intelektualitas dengan spiritualitas. Lalu ada teks dan rumus matematis yang menjelaskan fenomena itu, dan di beberapa tempat terdapat soal untuk menguji ingatan dan analisis pelajar. Di akhir kajian terdapat ayat yang mendorong pemanfaatan mekanika secara syar’i, dilanjutkan film aplikasi mekanika yang baru dipelajari (PLTA, peluncur roket untuk jihad, satelit), termasuk dampak bila aplikasi itu bertentangan dengan syari’at (banjir, teror atas bumi Islam, satelit mata-mata asing). Kemudian terdapat uji-kreatifitas untuk merangsang pelajar menerapkan ilmunya dalam simulasi. Seluruh sesi diakhiri dengan muhasabah untuk mengingatkan betapa kecilnya manusia, dan aplikasi teknologi apapun justru dapat mendatangkan bencana bila bertentangan dengan syari’at.
2. Untuk mengajar biologi-lingkungan ditunjukkan film audio-visual berbagai jenis mahluk hidup (pohon, serangga, mamalia). Di akhir film disampaikan ayat Qur’an atau Hadits tentang kehidupan untuk menghubungkan intelektualitas dengan spiritualitas. Lalu ada teks dan yang menjelaskan fenomena itu, dan di beberapa tempat terdapat soal untuk menguji ingatan. Di akhir kajian terdapat ayat yang mendorong pemanfaatan ekologi secara syar’i, dilanjutkan film yang menunjukkan aplikasi ekologi yang baru dipelajari (reboisasi hutan, biopestisida, peternakan), termasuk dampak bila aplikasi itu bertentangan dengan syari’at (kerusakan hutan, hama, kepunahan bison). Kemudian terdapat uji-kreatifitas untuk merangsang pelajar menerapkan ilmunya dalam simulasi. Seluruh sesi diakhiri dengan muhasabah untuk mengingatkan betapa kecilnya manusia, dan aplikasi teknologi apapun justru dapat mendatangkan bencana bila bertentangan dengan syari’at.
3. Untuk mengajar ekonomi perdagangan – yang berarti suatu realitas masyarakat manusia, ditunjukkan film audio-visual berbagai aktivitas manusia (jual-beli, kafilah dagang, bank). Di akhir film disampaikan ayat Qur’an atau Hadits tentang manusia yang menghubungkan intelektualitas ke spiritualitas. Lalu ada teks yang menjelaskan fenomena itu, ditambah beberapa ayat yang spesifik mengatur sistem ekonomi di masyarakat. Di beberapa tempat terdapat soal untuk menguji ingatan. Di akhir kajian terdapat ayat yang mendorong pemanfaatan ilmu ekonomi perdagangan secara syar’i, dilanjutkan film yang menunjukkan aplikasi ekonomi yang baru dipelajari (desain pasar, jaringan logistik, bank syari’ah), termasuk dampak bila aplikasi itu bertentangan dengan koridor syari’at (penipuan, penimbunan, jeratan hutang). Lalu terdapat uji-kreatifitas untuk merangsang pelajar menerapkan ilmunya dalam simulasi. Seluruh sesi diakhiri dengan muhasabah untuk mengingatkan betapa kecilnya manusia, dan ilmu apapun dapat mendatangkan bencana bila bertentangan dengan syari’at.
Di samping kelebihan-kelebihan dalam menggunakan film audio-visual tersebut. Ia juga memiliki kelemahan-kelemahaan yang di antaranya yaitu: 1) Tidak setiap sekolah atau madrasah mampu memiliki fasilitas tersebut; 2) tidak setiap mata pelajaran dapat secara efektif menggunakan media tersebut, misalnya materi mengenai keimanan atau akidah; 3) tidak setiap guru mampu mengoperasikan media tersebut, dan lain-lain.

I. Penutup
Dari uraian-uraian di atas, dapat dipahami bahwa teknologi pendidikan atau dengan kata lain pendekatan teknologik baik dalam Sekolah Menengah Atas (SMA) maupun Madrasah Aliyah (MA) dalam hal ini merupakan suatu keniscayaan.
Dalam pengetahuan-pengetahuan yang bersifat praktis, pendekatan teknologi tentulah mutlak diperlukan. Sebab, dengan pendekatan teknologik ini akan dapat dipersiapkan tenaga-tenaga yang benar-benar mampu dalam menjalankan tugasnya nanti di tengah-tengah masyarakat.
Kendati demikian, pendekatan teknologik ini memiliki keterbatasan yaitu ia tidak dapat digunakan apabila tujuannya mata pelajaran tersebut adalah agar subjek didik mampu mengembangkan diri dengan melihat situasi dan kondisi lingkungannya sesuai dengan menurut kehendak waktu dan tempat, di mana dipersyaratkan penguasaan bermacam-macam disiplin ilmu. Dalam kondisi seperti ini tidak dapat ditempuh dengan menggunakan pendekatan teknologik, tetapi justru pendekatan akademi atau non-teknologiklah yang paling tepat.
Kemudian, dalam proses belajar mengajar guru juga dapat memanfaatkan teknologi pendidikan yang berbentuk konkrit seperti film audio-visual yang menggambarkan tentang materi pelajaran tertentu sembari disisipkan pesan-pesan keagamaan baik berupa ayat-ayat al-Qur’an atau Hadis di akhir sesi. Terlepas dari kekurangan-kekurangan yang dimiliki oleh media pendidikan tersebut, agaknya dengan film audio-visual materi akan menjadi lebih mudah diterima oleh peserta didik atau siswa. Wallahu a’lam.















DAFTAR PUSTAKA
Baiquni, Achmad, “Filsafat, Fisika dan al-Qur’an”, Jurnal Ulumul Qur’an, Nomor 4 Vol.II, 1990.

Dewan Pimpinan Pusat GUPPI, Pembaharuan Pendidikan Islam:Konsepsi dan Pengantar Dasar, Jakarta: GUPPI, 1993.

Fahmi, Nurul, “Pendidikan Sebagai Media Pengembang llmu Pengetahuan dan Teknologi”, dalam Ali Muhdi Amnur (Ed.), Konfigurasi Politik Pendidikan Nasional, Yogyakarta: Pustaka Fahima, 2007.

Hlynka, Denis dan Nelson Barbara, “Educational Technology as Methapor” dalam PLET, 22 (1), 1985.

Hoodboy, Pervez, Islam dan Sains: Pertarungan Menegakkan Rasionalitas, Penerj. Luqman, Bandung: Pustaka, 1997.

Hornby HS., Oxford Advanced Learner’s Dictionary, USA: Oxford University Press, 1989.

http://cepiriyana.blogspot.com/2006/06/konsep-teknologi-pendidikan.html, akses 5 June 2008

http://famhar.multiply.com/journal/item/74, akses 5 Juni 208

http://istpi.wordpress.com/, akses 5 juni 2008; juga http://tpers.net/?p=4, akses 5 Juni 2008

http://poetraboemi.wordpress.com/2008/04/15/teknologi-pendidikan-dalam-keberhasilan-sistem-pembelajaran/, akses 6 June 2008

http://tpers.net/?p=4, akses 5 juni 2008

Hunt, Graham, “Educational Technology: Cream or Salt6 in the Classroom”, dalam PLET, 22 (1) 1977.

Kearsley, Greg, Training and Technology, London: Addison Wesley Publishing Company, 1984.

Mahzar, Armahedi, “Teknologi dan Islam: Sebuah Refleksi Pengantar” dalam Ahmad Y. Al-Hassan dan Donal R. Hill, Teknologi dalam Sejarah Islam, Penerj. Yuliani Liputo, Bandung: Mizan, 1993.

Muhadjir, Noeng, Urgensi Teknologi Pendidikan bagi Pengembangan dan Peningkatan Mutu PTS, Prasaran, 1988.

Muhaimin, Arah Baru Pengembangan Pendidikan Islam: Pemberdayaan, Pengembangan Kurikulum, hingga Redefinisi Islamisasi Pengetahuan, Bandung: Nuansa, 2003.

Muhmidayeli, “Pendekatan Teknologik dalam Pendidikan (Suatu Telaah Metodis Teknis Peningkatan kualitas Program Kependidikan Islam), Jurnal Al-Fikra, Vol.I, Nomor 1, Agustus-Desember 2002.

Nasution, S., Teknologi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara, 2005.

Rowntree, Derk, Educational Technology in Curriculum Development, London: Harper and Row Publisher, 1979.

Sadiman, Arif S., dkk., Media Pendidikan, Jakarta: Pustekkom Dikbud, 1984.

Warijan dkk., Pengembangan Kurikulum dan Sistem Instruksional, Jakarta: Depdikbud, 1984.













TEKNOLOGI PENDIDIKAN DALAM PEMBELAJARAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
(Suatu Strategi Pembelajaran Pendekatan Teknologik)
Paper
Disusun untuk Memenuhi Ujian Akhir Semester Genap
pada Mata Kuliah Teknologi Pendidikan Agama Islam
Dosen Pengampu: Prof. Dr. Drs. H. Ki Supriyoko, B.A., S.D.U., M.Pd.












Oleh:
MAFTUH, S.Pd.I
NIM. 07223784
MINAT AKIDAH AKHLAK
KONSENTRASI MANAJEMEN DAN KEBIJAKAN PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN ISLAM
PROGRAM PASCASARJANA
UIN SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA
2008

No comments: